Film merupakan manifestasi
perkembangan budaya masyarakat pada masanya. Dari zaman ke zaman, film
mengalami perkembangan baik dari segi teknologi yang digunakan maupun tema yang
diangkat. Hal ini disebabkan film berkembang sejalan dengan unsur-unsur budaya
masyarakat yang melatarbelakanginya, termasuk di dalamnya adalah perkembangan
bahasa.
Film AADC merupakan
salah satu film yang menjadi tonggak kebangkitan film Indonesia. Film AADC
merupakan film remaja Indonesia terlaris dan sebagai film yang memotivasi
tumbuhnya film di Indonesia, khususnya film remaja. Film AADC telah merekam
sejumlah unsur-unsur budaya baru. Salah satu unsur-unsur budaya yang dimaksud
adalah perkembangan bahasa gaul remaja Indonesia. Dalam film AADC muncul
bahasa-bahasa yang mungkin masih asing untuk sebagian kalangan karena hanya
digunakan oleh remaja-remaja gaul ibu kota.
Pada dasarnya, remaja
memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Bahasa remaja
tersebut kemudian dikenal sebagai bahasa gaul remaja. Bahasa gaul inilah yang
ditangkap oleh penulis skenario untuk menghidupkan suasana atau atmosfer remaja
dalam film remaja Indonesia seperti film AADC. Dialog film AADC sebagai
representatif tutur remaja yang melatarbelakanginya sangat berbeda dengan
bahasa Indonesia yang sesuai dengan tata bahasa Indonesia baku. Hal ini
disebabkan bahasa gaul merupakan bahasa santai sebagai bahasa sehari-hari.
Dalam film AADC, dialog
yang digunakan banyak menggunakan kedwibahasaan dan diglosia. Kedwibahasaan
adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang
penutur. Dialog yang digunakan dalam film AADC memang sering mencampurkan dua
bahasa walau dituturkan secara pasif. Selain itu juga penggunaan dua dialek
dari satu bahasa. Sedangkan diglosia adalah fenomena
penggunaan ragam bahasa yang dipilih sesuai dengan fungsinya.
Kedwibahasaan dan
diglosia dapat dilihat dari dialog-dialog ini:
1. Cinta
: “Oke, ya udah deh Al. Asal loe tau, persahabatan kita juga nggak
main-main. Dan kita juga jadi saksi kok. Loe
itu kalau ada masalah di share,
jangan disimpen sendiri.”
Dalam dialog di atas terdapat kedwibahasaan yaitu
dari bahasa Indonesia + bahasa Inggris + bahasa Betawi + bahasa Jawa. (Oke dan share dari bahasa Inggris, loe
dari bahasa Betawi, simpen dari
bahasa Jawa, sedangkan yang lainnya dari bahasa Indonesia)
2. Cinta
: “Rese’! apa dia itu superstar?
Sekalian aja gue wawancara Duta
Sheila On 7 atau konsernya Dewa kek.
Gila, nyebelin banget, tau nggak loe!”
Dalam dialog di atas terdapat kedwibahasaan yaitu
dari bahasa Indonesia + bahasa Inggris + bahasa Betawi + bahasa Jawa. (Superstar dari bahasa Inggris, gue dan loe dari bahasa betawi, banget
dari bahasa Jawa, sedangkan yang lainnya dari bahasa Indonesia). Dalam dialog
tersebut juga terdapat diglosia yaitu kata “kek”.
3. Rangga
: “Maksudnya apa nih?”
Dalam dialog di atas terdapat diglosia yang
menyisipi bahasa Indonesia.
4. Pak
Wardiman : “lho, masak saya suruh manggil-manggil neng Cinta kayak cowok kelas tiga saja?”
Dalam dialog di atas terdapat kedwibahasaan yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Selain kedwibahasaan
dan diglosia, dalam film AADC juga terlihat adanya interferensi dan integrasi
bahasa, hal itu merupakan akibat dari terjadinya kontak bahasa. Interferensi
muncul karena terjadi kedwibahasaan secara tidak sengaja dan merupakan kebiasaan.
Interferensi yang sering muncul dalam dialog adalah interferensi sintaksis,
seperti dalam dialog : “Loe itu kalau
ada masalah di share, jangan disimpen sendiri.” dan “Rese’! apa dia itu
superstar?”
Sedangkan integrasi
merupakan unsur serapan dari suatu bahasa yang telah dapat menyesuaikan diri
dengan sistem bahasa penyerapnya, sehingga pemakainya telah menjadi umum karena
tidak lagi terasa asing. Integrasi seperti terlihat dalam dialog : “Loe telepon
ke rumah gue, jam berapa aja gue temenin, gue angkat, ngobrol ama gue.” Kata telepon menunjukkan adanya integrasi
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Sedangkan kata ngobrol menunjukkan adanya integrasi dalam bidang morfologi.
Melalui penjelasan di
atas, secara tidak langsung dialog film AADC telah mengalami Alih Kode dan
Campur Kode. Alih Kode terlihat dari penggunaan dua bahasa atau lebih dalam
sebuah dialog. Sedangkan penyisipan bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia sudah
termasuk Campur kode.