Halaman

Selasa, 16 April 2013

Gaya Bahasa

a.   Pengertian Gaya Bahasa
Kartika (2005:82) menjelaskan Gaya merupakan estetika diri sendiri yang diekspresikan melalui bahasa dan kepribadian. Dalam Kamus Linguistik gaya atau khususnya gaya bahasa dalam retorika dikenal isitilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin stilus, yang artinya suatu keahlian dan kemampuan untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2008:112).
Dalam bahasa lisan nada tampak dalam intonasi, dalam bahasa tulis nada merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga merupakan sikap pengarang terhadap pembaca. Nada sangat bergantung pada gaya (Najid, 2003:27).
Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda , dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995:54).
Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang meliputi hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk menghadapi situasi tertentu (Rahayu, 2005:11). Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati pengarang.
Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa. Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah.
b.      Sendi-sendi Gaya Bahasa
Syarat-syarat yang diperlukan untuk membedakan arti gaya bahasa yang baik dan buruk merupakan sendi-sendi gaya bahasa yang mengandung 3 unsur, yaitu (1) kejujuran, (2) sopan-santun, dan (3) menarik (Keraf, 2008:32), yaitu:
1)      Kejujuran
Kejujuran adalah ungkapan yang dilakukan seseorang karena melaksanakan sesuatu yang di dalamnya mencakup unsure keterbukaan dan apa adanya (Kurniawan, 2007:21).
Kejujuran dalam bahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tidak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran (Keraf, 2008:113). Jadi, kejujuran dalam bahasa adalah penggunaan bahasa yang tidak berbelit-belit sesuai dengan kaidah atau aturan yang telah ditetapkan.
2)      Sopan-santun
Sopan-santun adalah suatu kebiasaan untuk menghargai orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Keraf (2008:114) mendeskripsikan sopan-santun dalam bahasa adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan dari kata-kata yang digunakan sesuai dengan bahasa dalam pergaulan. Kejelasan berarti bahasa yang digunakan tidak membuat orang lain bingung atau berpikir secara berat untuk dapat memahami bahasa yang digunakan seseorang. Adapun kesingkatan dalam pemakaian bahasa yang efektif dan mempergunakan kata-kata yang seefisien mungkin, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim dan menghindari repetisi yang tidak perlu.
3)   Menarik
Kejelasan dan kesingkatan dalam berbahasa merupakan langkah awal untuk membuat bahasa yang digunakan seseoran.g menjadi menarik perhatian lawan bicara.. Sebuah gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui komponen- komponen: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup, dan penuh daya khayal (imajinasi). Untuk menarik perhatian ini seorang penulis perlu memiliki kekayaan kosakata, mengubah panjang-pendek kalimat, dan struktur- struktur morfologisnya (Keraf, 2008:115).
c.     Fungsi Gaya Bahasa
Gaya bahasa berbentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar. Bertolak dari pernyataan tersubut dapat dilihat dari fungsi gaya bahasa yaitu untuk meninggikan selera dan alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar. Penggunakan perhiasan bahasa pada umumnya untuk memperkuat atau mengistimewakan efek yang didasarkan pada perbandingan, pertentangan, asosiasi, persesuaian kata, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya bahasa sebagai berikut:
1)      Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk meninggikan selera.
2)      Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar.
3)      Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk menciptakan suasana tertentu.
4)      Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan.
d.     Macam Gaya Bahasa
1)   Gaya Bahasa Perbandingan
a)Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
b)Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
c)Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
d)Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
e)Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
f)Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain.
g)Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
h)Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
i)Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
j)Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
k)Litotes: Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri.
l)Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
m)Personifikasi: Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
n)Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
o)Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
p)Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
q)Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. 
r)Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya
s)Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
t)Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
u)Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
v)Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
w)Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
2)   Gaya Bahasa Sindiran
a) Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
b)Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
c)Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
d)Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
e)Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
3)   Gaya Bahasa Penegasan
a)Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
b)Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
c)Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
d)Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
e)Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
f)Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
g)Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
h)Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
i)Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
j)Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana atau kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
k)Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks atau lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
l)Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
m)Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
n)Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
o)Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
p)Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
q)Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
r)Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
s)Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
t)Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
u)Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
v)Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
w)Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
x)Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
y)Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
4)   Gaya Bahasa Pertentangan
a)Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
b)Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
c)Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
d)Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
e)Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar