BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jika berbicara tentang
puisi akan banyak berbagai pendapat yang muncul mengenai puisi. Puisi adalah
salah satu jenis karya sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung
rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Bahasa
yang dipergunakan oleh penyair harus dapat mewakili rasa dan pesan yang hendak
disampaikan . Puisi juga merupakan hasil penggambaran tentang suatu hal yang
diungkapkan melalui bahasa dan ekspresi yang mewakili perasaan sang penyair.
Hal ini diperlukan agar para pembaca bisa masuk dan memahami dan merasakan
kekuatan jiwa penulis yang akan disampaikan melalui puisi tersebut.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo 1993:6)
mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair
romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah
kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang
bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang
merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang
menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan
mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan
perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun
Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang
bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan
pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta
berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara
artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan
sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik
(pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik
yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat
mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan
yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat
dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari pendapat-pendapat
para ahli, dapat kita simpulkan bahwa definisi puisi menurut mereka memiliki
sebuah kesamaan yaitu pengungkapan ekspresi dan jiwa. Puisi itu tercipta karena
pengalaman atau sebaliknya. Bisa dikatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari
segala pengalaman imajinatif yang dirasakan oleh manusia dalam hidupnya.
Puisi dapat dikaji
dengan menggunakan berbagai macam pendekatan. Salah satu pendekatan yang sering
digunakan untuk menganalisis puisi adalah teori yang diungkapkan oleh Abrams.
Abrams membagi pendekatan itu menjadi empat, yakni:
1. Objektif, suatu
telaah dari sudut pandang karya itu sendiri.
2. Ekspresif, suatu telaah dari sudut pandang pengarangnya.
3. Mimesis, suatu telaah dari keterhubungan ide, perasaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan alam, baik yang secara langsung atau pun tidak langsung.
4. Pragmatik, suatu telaah yang ditinjau dari sudut pandang pembaca atau penerima.
2. Ekspresif, suatu telaah dari sudut pandang pengarangnya.
3. Mimesis, suatu telaah dari keterhubungan ide, perasaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan alam, baik yang secara langsung atau pun tidak langsung.
4. Pragmatik, suatu telaah yang ditinjau dari sudut pandang pembaca atau penerima.
Banyak orang yang
menganggap pendekatan yang dikatakan oleh Abrams adalah pendekatan tradisional.
Dikatakan tradisional karena sekarang pendekatan-pendekatang itu telah
dikembangkan menjadi beberapa pengembangan. Pendekatan objektif telah
dikembangkan menjadi pendekatan struktural yang terdiri dari unsur intrinsik
dan ekstrinsik sebuah karya sastra. Pendekatan ekspresif telah dikembangkan
menjadi psikologi sastra dan antropologi sastra. Pendekatan mimesis
dikembangkan sehingga lahirlah pendekatan sosiologi sastra dan sastra marxis.
Dan pendekatan pragmatik dikembangkan, lalu lahirlah pendekatan resepsi sastra
dan hermeunetika.
B.
Rumusan Masalah
Sebuah karya sastra,
salah satunya puisi terkandung beberapa hal yang yang patut untuk dikaji,
antara lain masalah tema, pendekatan, sudut pandang, dan tujuan diciptakannya
puisi tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dapat diketahui rumusan masalah yang akan dikaji dalam puisi.
Adapun rumusan masalah puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana struktur puisi Surat
dari Ibu karya Asrul Sani?
2. Apakah pendekatan struktural
cocok untuk mengkaji puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari
makalah yang berjudul Analisis Struktural Puisi surat dari Ibu karya Asrul Sani
adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui struktur puisi Surat dari Ibu
karya Asrul Sani
2.
Mengetahui cocok tidaknya pendekatan
Struktural untuk mengkaji puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan wawasan bagi guru bahasa
Indonesia mengenai pembelajaran menganalisis puisi dengan pendekatan
struktural.
2.
Sumber pengetahuan bagi siswa melalui
pembelajaran puisi.
3.
Bagi penulis, memberikan sumbangan informasi bagi
pemakalah dalam membuat makalah khususnya bidang sastra.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Hakikat
Puisi
Banyak pendapat tentang
pengertian puisi, dan tidak ada orang yang dapat memberikan definisi puisi yang
tepat. Pengertian-pengertian tersebut diantaranya dari Slamet Mulyana (dalam
Waluyo 1997 : 23) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang
menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.
Wirjosudarmo
(dalam Pradopo 1987: 5) mengatakan bahwa puisi adalah karangan yang terikat
oleh: (1) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (2)
banyak kata dalam tiap baris; (3) banyak suku kata dalam tiap baris; (4) rima;
dan (5) irama.
Setelah melihat dari beberapa
definisi puisi, Waluyo (1997: 25) mengungkapkan bahwa puisi adalah bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Menurut Suharianto (2005: 12), puisi adalah hasil pengungkapan kembali segala
peristiwa atau kejadian yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Karya
sastra berbentuk puisi bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang tidak
menjelaskan secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya, melainkan justru
sebaliknya. Pengarang hanya mengutarakan apa yang menurut perasaan atau
pendapatnya merupakan bagian yang pokok atau penting saja. Pengarang mengadakan
konsentrasi dan intensifikasi atau pemusatan dan pemadatan. Konsentrasi dan
intensifikasi tersebut dilakukan pengarang bukan hanya terbatas pada masalah
yang akan disampaikan, melainkan juga pada cara menyampaikannya. Karena itu, penghematan unsur-unsur bahasa juga akan terasakan
dengan jelas pada bentuk karya sastra ini (Suharianto 2005: 34-35).
Kosasih
(2003 : 207) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan
kata-kata yang indah dan kaya makna. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda
dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa ynag ringkas namun
maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata konotatif, yang
mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya sastra yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan dalam peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang diwujudkan
melalui bahasa yang diperhalus dan diberi irama. Di
samping itu, puisi juga dapat membangkitkan perasaan yang
menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum bisa
dikatakan menimbulkan keharuan.
Dari pengertian puisi di atas, dalam
puisi terdapat unsur yang berupa emosi, pemikiran, ide, imajinasi, nada, irama,
kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang
bercampur-baur menjadi satu
Unsur-unsur Puisi
1.
Tema
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter)
yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya (Waluyo 2003: 17). Tema mengacu
pada penyair. Pembaca sediki banyak harus mengetahui latar belakang penyair
agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat
khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama),
dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya).
Seperti halnya karya sastra prosa,
fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan.
Hanya harus diakui, untuk mengetahuinya lebih sulit karena bentuk karya sastra
ini umumnya menggunakan kata-kata kias atau perlambang-perlambang. Karena itu
untuk mengetahuinya diperlukan kecerdasan dan kejelian kita sebagai pembacanya
untuk menafsirkan kiasan-kiasan atau perlambang-perlambang yang dipergunakan
penyair (Suharianto 2005: 38-39).
2.
Nada dan Suasana
Menurut Suharianto (2005: 47) nada
dan suasana seperti yang dirasakan, semata-mata bukan disebabkan oleh makna
kata yang dipakai penyairnya, melainkan juga oleh dukungan pilihan bunyi
kata-katanya. Bahkan unsur terakhir itulah yang terasa amat dominan, baik
karena adanya asonansi-asonansi maupun aliterasi-aliterasi yang sengaja
dipasang penyair secara horisontal maupun vertikal.
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap
pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada
sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh),
patriotik, belas kasih (memelas), takut, mencekam, santai,masa bodoh, pesimis,
humor (bergurau), mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya
(Waluyo 2003: 37).
3.
Perasaan
Waluyo (2003: 39-40) menerangkan
bahwa puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan
dapat kita tangkapkalau puisi itu dibaca keras dalam poetry reading atau
deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan
perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan
yang menjiwai puisi bisa perasan gembira, sedih, terharu, terasing,
tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan
menyesal.
4.
Amanat Puisi
Amanat, pesan atau nasihat merupakan
kesan yang ditangkappembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri
oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat
puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang
pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang
pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isipuisi yang dikemukakan
penyair (Waluyo 2003: 40).
B.
Pendekatan
Struktural
Semua
karya sastra adalah struktur. Struktur yang dimaksud adalah setiap karya sastra
memiliki unsur-unsur yang mempunyai sistem. Semua unsur itu saling berhubungan,
saling menentukan, adanya hubungan timbal balik, dan terikat. Unsur-unsur itu
tidak dapat berdiri sendiri, karena jika tidak ada satu unsur yang mendukung
tidak akan tercipta sebuah karya sastra. Dalam pengertian struktur ini terlihat
adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide
transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation).
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya
dan fungsinya dalam struktur sajak dan pengurain bahwa tiap unsure itu
mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga
berdasarkan tempatnya dalam struktur. Dengan kata lain, sebuah unsur tidak akan
memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain.
Karya
sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Karena itu, untuk memahami
karya sastra (sajak) haruslah karya sastra (sajak) dianalisis. Seperti yang
sudah dibahas sebelumnya, karya sastra merupakan perpaduan unsur-unsur yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan dan koheren. Untuk
memahami sebuah sajak atau puisi, harus diperhatikan hubungan-hubungan antar
unsur yang harus berkaitan, karena keterkaitan antar unsur itu sebagai bagian
dari keluruhan karya sastra.
Pendekatan struktural bertujuan membongkar dan
memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan
dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984)
1.
Pendekatan
Objektif
Pendekatan
objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara
keseluruhan. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri
berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya,
aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima,
struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas
penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya
sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Karena
patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan ini di
sebut dengan pendekatan struktural.
2. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan
ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajianya
pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis (Abrams, 1981: 189). Informasi tentang penulis memiliki peranan yang sangat penting dalam kajian
dan apresiasi sastra. Penilaian terhadap karya seni ditekankan pada keaslian
dan kebaruan (Teew, 1984: 163-165).
Pendekatan
ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni.
Sejauh manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena
itu, tinjauan ekspresif lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah
keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya
yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu karya yang
bernilai tinggi.
Komposisi
dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu
unsur sentral dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan
penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya mempunyai tingkat kerumitan komposisi
yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering dengan dasar
jelmaan jiwa.
3. Pendekatan Mimetik
Pendekatan
ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan
nyata. Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang
terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan
pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah
merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret
tersebut bisa berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait
langsung dengan realitas. Pengarang, melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa
yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang dituangkan dalam
karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan
(mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.
Pendekatan
mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajianya terhadap
hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra (Abrams, 1981:
189). Sastra sebagai dokumen sosial. Kenyataan manusia
dalam kehidupan sehari-hari adalah kenyataan yang telah ditafsirkan sebelumnya
dan yang dialaminya secara subjektif sebagai dunia yang bermakna dan kohern.
Hubungan antara seni dan kenyataan merupakan interaksi yang kompleks dan tak
langsung, yang ditentukan oleh konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan
konvensi sastra. (Teew, 1984: 224-229)
4. Pendektan Prangmatik (Reseptif)
Pendekatan
pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya
dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori
resepsi. Pendekatan pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif.
Subjek pragmatis dan subjek ekspresif, sebagai pembaca dan pengarang berbagi
objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang merupakan subjek
pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada
gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak
tahu-menahu tentang proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap
sebagai penulis (rewritten).
Pendekatan
pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan
fungsi-fungsi baru pembaca tersebut. Secara historis (Abrams, 1976: 16)
pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM, terkandung dalam Ars Poetica
(Horatius). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya
strukturalisme dinamik. Stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain
sebagai pemicu proses estetis, yaitu pembaca (Mukarovsky).
Pada tahap
tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi,
yaitu dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki
manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan
penyebarluasan, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan. Dengan indikator
pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis memberikan manfaat
terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk
menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya
tanpa batas.
Pendekatan
pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya.
Dengan mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang
dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan
masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis
maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar bertumpu pada
kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk
mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.
BAB
III
PEMBAHASAN
SURAT DARI IBU
Karya
Asrul Sani
Pergi ke dunia
anak-anaku sayang
pergi ke hidup bebas!
Sesama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
pergi ke hidup bebas!
Sesama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
Pendekatan
Struktural
Sebelum melangkah ke
berbagai pendekatan dalam pengkajian sebuah puisi kita diharuskan menggunakan
pendekatan awal dalam penelitian karya sastra, yaitu pendekatan struktural.
Begitu juga dengan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani ini terlebih dahulu
akan dianalaisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang terdiri dari
empat hakikat puisi, yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat.
a.
Tema
Tema merupakan gagasan
utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin diungkapkan
oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani
adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara
untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat
kokoh.
Setelah pemuda memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang
telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang
akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang
padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali
ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari".
b.
Perasaan
Perasaan merupakan
kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk kepada isi
hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi.
Perasaan yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ketegasan.
Perasaan ketegasan terlihat pada bait ke-2, yaitu masa muda di saat tenaga
masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita.
Pergi ke laut lepas,
anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
c.
Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca,
sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut
kepada para pembaca. Jika membaca puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan
terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Penulis
merasakan nada sungguh-sungguh dan serius. Selain itu juga ada larik yang jika
dibacakan sangat sesuai dengan nada haru, yaitu pada baris ke-20 yang berbunyi
“Kita akan bercerita”, yaitu menggambarkan sang ibu
dan sang anak saling menceritakan pengalamannya dan melepas kerinduan.
Suasana dalam puisi ini juga menggambarkan suasana serius, yaitu pada baris
ke-15 dan ke-16, yaitu “dan nahkoda sudah tau pedoman” dan “boleh engkau datang
padaku!”. Keseriusan tersebut mengandung arti seorang ibu menyuruh anaknya
pergi untuk mencapai segala cita-cita kemudian setelah cita-cita tercapai dan
hidupnya telah sukses, maka si Ibu menyuruh anaknya kembali pulang.
d. Amanat
Amanat merupakan suatu hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Dengan kata lain, amanat
adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi
buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani
adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup
dari tidak mempunyai apa-apa (ilmu, harta benda dll) sampai berhasil menjadi
orang ( pintar, cerdas, sukses, kaya dll) sesuai dengan cita-cita seorang anak,
anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali
lagi bercengkrama dengan ibunya.
Melalui
puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa:
·
Kesuksesan
seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya,
terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.
· Seorang ibu tidak pernah
menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang).
Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu
berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan
kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan
selalu memperhatikan orang tuanya.
BAB IV
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam
unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur sajak dan pengurain bahwa tiap
unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya,
bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur. Dengan kata lain, sebuah
unsur tidak akan memiliki makna jika tidak disertakan dengan unsur yang lain. Puisi
Surat dari Ibu karya Asrul Sani jika ditinjau dengan analisis struktural
bertemakan pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara
untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat
kokoh. Perasaan dalam puisi ini ketegasan, yaitu masa muda di saat tenaga masih
kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita. Nada dan suasana
dalam puisi ini adalah nada serius dan sungguh-sungguh. Amanat yang terkandung
dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu
untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa
(ilmu, harta benda dll) sampai berhasil menjadi orang ( pintar, cerdas, sukses,
kaya dll) sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan
keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya.
Melalui puisinya, pengarang
juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa:
·
Kesuksesan
seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya,
terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.
· Seorang ibu tidak pernah
menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang).
Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu
berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan
kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan
selalu memperhatikan orang tuanya.
Analisis
struktural cocok digunakan untuk mengkaji semua puisi, bahkan semua pendekatan
yang akan dilakukan terhadap karya sastra harus menggunakan analisis struktural.
B.
SARAN
Saran
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk guru bahasa Indonesia hendaknya
menggunakan analisi struktural untuk mengkaji semua puisi bahkan semua
pendekatan yang kan dilakukan terhadap karya sastra harus menggunakan analisis
struktural.
2.
Untuk siswa dan pembaca, hendaknya mengikuti
apa yang diamanatkan oleh puisi ini, yaitu bahwa kesuksesan seorang anak hendaknya tidak
menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah
mengandung dan melahirkannya.
DAFTAR PUSTAKA
E.
Kosasih. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV Yrama Widya
Herman J. Waluyo. 2003.
Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Puspa
Mestika. 2011. Analisis Kebahasaan dan
Makna. http://puspamestikabahasa.blogspot.com
(Diunduh 14 November 2012)
Rachmat Djoko Pradopo. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
S. Suharianto. 2005. Dasar-dasar
Teori Sastra. Surabay : SIC
Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra
Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar